Setelah pendakianku di Gunung Andong, aku masih merasa punya energi dan penasaran untuk mencoba tantangan berikutnya. Dari situ aku memutuskan untuk mendaki Gunung Pakuwaja, 2421 mdpl, yang terletak di kawasan Dieng Parikesit. Meski gunung ini tidak terlalu tinggi, tantangannya justru cukup bikin deg-degan. Sejak awal pendakian, rasanya sudah jelas bahwa perjalanan kali ini bukan hanya soal naik, tapi juga soal keberanian.

Hari itu aku tidak mendapatkan langit cerah jalur dipenuhi kabut tebal dari bawah hingga atas. Bukannya mengecewakan, kabut justru memberikan atmosfer yang mistis, dramatis, dan indah dengan cara yang berbeda. Setiap langkah terasa seperti memasuki dunia yang samar, seperti negeri di atas awan yang disembunyikan alam. Di tengah perjalanan, aku tiba di sabana luas dengan warna hijau kecokelatan yang super menenangkan. Setelah jalur berbatu yang cukup menantang, sabana ini terasa seperti tempat bernafas yang pas sebelum menghadapi bagian paling intens dari pendakian.

Tantangan utama baru muncul ketika mendekati puncak. Untuk mencapai plang “Puncak Pakuwaja”, aku harus melewati jalur tali mini rock climbing versi pendaki pemula yang tetap membuat jantung bekerja lebih cepat. Batunya licin, kabut makin tebal, dan pegangan tali menjadi satu-satunya hal yang membuatku merasa aman. Setiap tarikan tali seakan menjadi simbol keberanian baru, seolah mendaki Pakuwaja bukan sekadar perjalanan fisik, tapi juga proses menaklukkan rasa takut sendiri.

Sesampainya di puncak, walaupun kabut menutupi seluruh pemandangan, rasa puasnya tetap tidak tergantikan. Berdiri di samping plang 2421 mdpl, aku merasa semua usaha mulai dari kaki pegal, napas tercekat, sampai momen deg-degan di jalur tali terbayar lunas. Gunung ini mungkin kecil, tapi tantangan dan auranya benar-benar besar. Pakuwaja sangat cocok untuk siapa pun yang ingin merasakan jalur teknikal ringan, menikmati kabut dramatis khas Dieng, atau sekadar merasakan pencapaian yang terasa sangat personal.

Explore More

Pendakian Terapi! Dari Patah Hati ke Puncak Ungaran 2050 Mdpl: Aku Menemukan Diriku Lagi.

Pendakian kali ini sedikit berbeda. Bukan hanya soal menaklukkan gunung untuk pertama kalinya, tapi juga menaklukkan perasaan yang sebelumnya sempat membuatku jatuh. Setelah melewati masa-masa yang berat, aku butuh ruang

Langkah Kecil Menuju Langit Bismo

Pendakian ke Gunung Bismo terasa seperti sebuah cerita yang sudah menunggu untuk dituliskan. Sejak awal, ada sesuatu di udara pagi Dieng dingin yang menusuk hingga tulang, tapi entah bagaimana justru

Gunung Andong: Perjalanan Ringan dengan Akhir yang Menguji

Pendakian Gunung Andong kali ini terasa seperti perjalanan singkat yang penuh kejutan kecil. Aku berangkat melalui Basecamp Sawit, jalur baru yang katanya lebih ramah dan lebih nyaman untuk pendakian santai.