Pendakian ke Gunung Bismo terasa seperti sebuah cerita yang sudah menunggu untuk dituliskan. Sejak awal, ada sesuatu di udara pagi Dieng dingin yang menusuk hingga tulang, tapi entah bagaimana justru membuatku merasa lebih hidup. Langkah pertama di jalur terasa ringan, seolah bumi sendiri sedang mempersilakan kami untuk masuk lebih dalam ke pelukannya.

Pemandangan di sepanjang jalur membuatku beberapa kali berhenti, bukan karena lelah, tapi karena terhipnotis. Gunung-gunung berdiri di kejauhan, berlapis seperti tirai yang baru dibuka perlahan. Awan bergerak pelan, dan matahari mulai menampakkan kilau emasnya di sela-sela langit yang biru. Ada momen-momen di mana aku hanya bisa menatap, membiarkan keheningan itu berbicara lebih keras daripada suara apa pun.

Aku mengajak adik laki-lakiku ikut dalam perjalanan ini, dan melihatnya berjalan di depanku dengan langkah mantap memberi perasaan yang sulit dijelaskan. Seakan aku sedang menyaksikan seseorang tumbuh, bukan hanya sebagai adik, tetapi sebagai pribadi yang sedang belajar menaklukkan dunianya sendiri. Ada sedikit bangga, sedikit haru, dan banyak sekali rasa syukur.

Trek Bismo tidak terlalu sulit, tapi tetap menantang. Anehnya, aku tidak merasakan lelah seperti biasanya. Justru ada dorongan dalam diri yang membuatku terus maju, semakin cepat, seperti sedang mengejar sesuatu yang tidak terlihat. Dan ketika akhirnya sampai di puncak, semua terasa berhenti sejenak.

Dari sana, Gunung Sindoro dan Sumbing tampak seperti raksasa yang menjaga langit. Angin dingin berhembus, membawa suara-suara yang entah dari mana. Aku berdiri, diam, dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku merasa benar-benar kecil sekaligus penuh perasaan yang hanya bisa diberikan oleh alam.

Pendakian ini mungkin hanya beberapa jam, tapi rasanya seperti perjalanan yang membuka ruang baru di dalam diriku. Sebuah pengingat bahwa tidak semua keindahan harus ditemukan, beberapa justru datang ketika kita berani melangkah, meski dengan napas yang berat dan langkah yang ragu.

Explore More

Gunung Pakuwaja 2421 Mdpl: Vibes Mistis Dieng dan Pembuktian Diri di Ujung Tali

Setelah pendakianku di Gunung Andong, aku masih merasa punya energi dan penasaran untuk mencoba tantangan berikutnya. Dari situ aku memutuskan untuk mendaki Gunung Pakuwaja, 2421 mdpl, yang terletak di kawasan

Pendakian Terapi! Dari Patah Hati ke Puncak Ungaran 2050 Mdpl: Aku Menemukan Diriku Lagi.

Pendakian kali ini sedikit berbeda. Bukan hanya soal menaklukkan gunung untuk pertama kalinya, tapi juga menaklukkan perasaan yang sebelumnya sempat membuatku jatuh. Setelah melewati masa-masa yang berat, aku butuh ruang

Gunung Andong: Perjalanan Ringan dengan Akhir yang Menguji

Pendakian Gunung Andong kali ini terasa seperti perjalanan singkat yang penuh kejutan kecil. Aku berangkat melalui Basecamp Sawit, jalur baru yang katanya lebih ramah dan lebih nyaman untuk pendakian santai.